Tuesday, September 25, 2012

Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran


Secara historis, bidang ini disebut baik sebagai "Teknologi Pendidikan" maupun "Teknologi Pembelajaran". Mereka yang setuju dengan istilah Teknologi Pembelajaran mempunyai dua pendapat. Pertama, karena kata Pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi. Kedua, karena kata Pendidikan lebih sesuai untuk hal-hal yang berhubungan dengan sekolah atau lingkungan pendidikan. Banyak yang beranggapan bahwa istilah "pembelajaran" tidak hanya mencakup pengertian pendidikan mulai TK hingga SLTA (K-12), melainkan juga mencakup situasi pelatihan (training). Menurut Knirk dan Gustafon (1986) kata "pembelajaran" khususnya berkenaan dengan permasalahan belajar dan mengajar, sedangkan "pendidikan" terlalu luas karena mencakup segala aspek pendidikan.
Sebaliknya mereka yang setuju dengan sitilah "Teknologi Pendidikan" berdalih bahwa karena pembelajaran (isntruction) dianggap oleh banyak orang sebagai bagian dari pendidikan, maka sebaiknya dipakai istilah yang memberikan cakupan yang lebih luas (AECT, 1977; Saettler, 1990). Mereka ini beranggapan bahwa kata "pendidikan" merujuk pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Sedangkankata "pembelajaran" hanya merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah saja.
Kedua kelompok nampaknya menggunakan alasan yang sama untuk membenarkan istilah masing-masing. Ada juga kelompok lain yangbertahun-tahun menggunakna kedua istilah tersebut secara bergantian. Menurut catatan Finn tahun 1965, hal ini sudah berlangsung hampir tiga puluh tahun. Istilah "Teknologi Pendidikan" labih lazim digunakan di Inggris dan Kanada; sedang "Teknologi Pembelajaran" saat ini lebih banyak digunakan di Amerika Serikat.
Definisi yang ditetapkan oleh AECT tahun 1977 juga membedakan "Teknologi Pendidikan" dengan "Teknologi Pembelajaran" dan "teknologi dalam pendidikan" tergantung dari lingkup masing-masing istilah. Pada tahun 1977, istilah "Teknologi Pendidikan" digunakan untuk menjelaskan bagian (subset) pendidikan yang menyangkut segala aspek pemecahan permasalahan belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan. Dengan demikian "Teknologi Pendidikan" mancakup pengertian balajar melalui media massa serta sistem pelayanan pembelajaran (support system for instruction) termasuk sistem pengelolaan (management). "Teknologi dalam pendidikan" digunakan untuk menjelaskan penerapan teknologi pada sistem pelayanan pendidikan (support system for education) seperti pelaporan nilai, penjadwalan dan keuangan. Teknologi Pembelajaran didefinisikan sebagai bagian (subset) dari Teknologi Pendidikan dengan alasan bahwa instruksi *atau pembelajaran) merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat terarah (puposive) dan terkendali (controlled) saja.
Sejak tahun 1977 perbedaan antara ketiga istilah tersebut telah menghilang. Kini ketiga istilah tersebut dipakai untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan pembelajaran. Sekarang profesi ini makin lama makin memusatkan kegiatannya dan konsep-konsepnya ke arah pembelajaran, meskipun pembelajaran tersebut lebih bersifat sekali-kali atau tidak langsung, daripada yang sengaja disusun dan diawasi. Dengan perkataan lain, penekanan pada aspek-aspek yang menyangkut permasalahan pendidikan menjadi berkurang dan pada pembelajaran yang disengaja maupun yang tidak disengaja menjadi semakin bertambah. Oleh karena itu sukarlah untuk mempertahankan pendapat bahwa "Teknologi Pembelajaran" dan "teknologi dalam pendidikan" merupakan bagian (subset) dari "Teknologi Pendidikan".
Pada saat ini, istilah "Teknologi Pendidikan" dan "Teknologi Pembelajaran" digunakan secara bergantian oleh kebanyakan insan profesi dalam bidang ini. Karena istilah "Teknologi Pembelajaran" (a) dewasa ini lazim dipakai di Amerika Serikat; (b) mencakup banyaknya lingkungan pemanfaatan; (c) mengambarkan fungsi teknologi dalam pendidikan secara lebih tepat; dan (d) dalam satu batasan daapt merujuk baik pada belajar maupun pembelajaran, maka istilah "Teknologi Pembelajaran" digunakan dalam definisi 1994 ini, meskipun kedua istilah dianggap sinonim.
Disadur dari: Barabara B. Seels dan Rita C Rishey yang diterjemahkan oleh Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, Yusufhadi Miarso, 1994, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, (Unit Penerbitan Universitas Negeri Jakarta, Jakarta)
sumber : ghina.0fees.net

Konsep Teknologi Pendidikan


Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan dan atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Jadi dalam pengertian umum tentang teknologi, alat, atau sarana baru yang khusus diperlukan tidak menjadi syarat yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada sebelumnya.
Dalam bidang pendidikan atau pembelajara, teknologi juga harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali membuktikan dirinya sebagai suatu bidang kajian atau disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi ontologi, atau rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi, yaitu usaha yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai serta keindahan atau estetika.
Objek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia baik pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan. Objek tersebut dapat digambarkan sebagaimana tertera dalam gambar berikut:


Adapun gejala yang perlumendapat perhatian, atau yang merupakan landasan ontologi dari objek tersebut adalah:
  1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
  2. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersebia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
  3. Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat beljaar setiap orang dan organisasi.
  4. Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.
Usaha khusus yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa yang kurang, menambal apa yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut Banathy, bukan hanya "doing more of the same", ataupun "doing it better of the same". melainkan "doing it difeerently" untuk menjamin hasil yang diharapkan. Pendekatan yang berbeda itu adalah pendekatan yang memenuhi empat persyaratan, yaitu:
  1.  Pendekatan isometrik, yaitu yang menggabungkan hal-hal yang sesuai dari berbagai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain sebagainya) ke dalam suatu kebulatan tersendiri;
  2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan;
  3. Pendekatan sinergestik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri; dan
  4. Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh (komprehensif).
Usaha khusus dengan pendekatan inilah yang merupakan asas epistemologi teknologi pendidikan.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujua tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yangada. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannyaakan sarat dengan aturan nilai dan estetika.
Dalam perkembangan terakhir, istilah teknologi pendidikan dipersempit menjadi teknologi pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa istilah terakhir itu kecuali lebih dapat diterima oleh kalangan yang luas, juga dapat lebih berfokus pada objek formal yang menjadi garapannya. Secara konseptual teknologi pendidikan didefinisikan: teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar. Definisi tersebut megandung pengertian adanya empat komponen dalam teknologi pembelajaran, yaitu:
  • Teori dan prktik
  • Desain, pengemabngan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian
  • Proses, sumber, dan sistem
  • Untuk belajar
Untuk lebih jelas definsi tersebut digambarkan pada gambar berikut:


Disadur dari: Yusufhadi Miarso, 2005, Menyebar Benih Teknologi Pendidikan, (Prenada Media, Jakarta)

sumber: ghina.0fees.net