PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Dasar
Pengembangan Sistem Belajar Mandiri
Secara ringkas dapat disebutkan bahwa teknologi pendidikan
sebagai suatu konsep, mengandung sejumlah gagasan dan rujukan. Gagasan yang
ingin diwujudkan adalah agar setiap pribadi dapat berkembang semaksimal mungkin
dengan jalan memanfaatkan teknologi sedemikian rupa sehingga selaras dengan
perkembangan masyarakat dan lingkungan.
Sistem adalah perpaduan antara sejumlah
komponen yang
masing-masing mempunyai fungsi sendiri, namun saling berkaitan untuk mencapai
suatu tujuan bersama, dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Belajar mandiri bukan berarti belajar
sendiri. Kesalahpengertian tersebut terjadi karena pada umumnya
mereka yang kuliah di UT cenderung belajar sendiri tanpa tutor atau teman
kuliah. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif ,
dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar.
Dalam pelaksanaannya, konsep dasar itu dikembangkan dengan
menggunakan rambu-rambu sebagai berikut:
- Adanya
pilihan materi ajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta dalam beraneka
bentuk
- Pengaturan
waktu belajar yang luwes, sesuai dengan kondisi masing-masing peserta
didik
- Kemajuan
belajar yang dipantau oleh berbagai pihak yang dapat dilakukan kapan saja
peserta didik telah siap
- Lokasi
belajar yang dipilih/ditentukan sendiri oleh peserta didik.
- Dilakukannya
diagnosis kemampuan awal dan kebutuhan serta remediasi bila kemampuan itu
kurang atau pengecualian bila kemampuannya sudah dikuasai.
- Evaluasi
hasil belajar, dengan berbagai cara dan bentuk seperti tes penguasaan,
pembuatan portofolio, dsb
- Pilihan
berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan karakteristik peserta didik maupun pelajaran.
Sistem belajar mandiri (SBM) sebagai suatu sistem dapat
dipandang sebagi suatu struktur,proses, maupun produk.
Ò Sebagai suatu struktur: adanya suatu susunan
dengan hierarki(tingkatan) tertentu
Ò Sebagai proses: adanya tata cara atau prosedur
yang runtut
Ò Sebagai produk: adanya hasil atau wujud yang
bermanfaat.
B. Komponen Sistem Belajar Mandiri
Semua komponen ini saling berkaitan dan terintegrasi dalam
suatu kesatuan. Secara operasional pengertian SBM dengan segala komponennya ini
lebih merupakan suatu pola konseptual dan tindakan.
Falsafah dan Teori
Setiap tindakan yang sengaja dan sadar tentu mempunyai dasar.
Tindakan untuk menyelenggarakan SBM karena itu tentu mempunyai dasar falsafat
dan teori.
Falsafah/teori adalah suatu pemikiran dasar yang
mempengaruhi tindakan-tindakan kita. setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen
yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya yaitu : *apa
hakikat gejala tersebut (landasan otologi),
*bagaimana (asal, cara, struktur dan lain lain) cara
penggarapan gejala tersebut (landasan epsitimologi),
*dan apa manfaat pembahasan gejala tersebut (landasan
aksiologi)
Pertimbangan Antologi : ada sejumlah
postulat (pernyataan sosiayang diterima tanpa perlu pembuktian) yang dapat
dijadikan pegangan dalam mengembangkan konsep belajar mandiri.
1. Manusia dilahirkan
dalam keadaan berbeda
2. Manusia mempunyai kemampuan
untuk belajar dan mengembangkan diri sesuai potensi yang ada padanya, dan
lingkungan yang mempengaruhinya
3. Manusia mempunyai
keluwesan utuk mengubah dan membentuk kepribadiannya.
Orang indonesia, mempunyai dasar Ontologi formal dalam
perundangan seperti UUSPN(UU Sistem Pend. Nasional), yang menegaskan tujuan
pendidikan adalah membentuk manusia indonesia seutuhnya yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang mantap dan mandiri. Mandiri
itu berarti mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri dan ikut serta dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Bahwa salah satu hakikat diselenggarakannya SBM adalah
untuk mengatasi masalah belajar dan kinerja.
Pertimbangan Epistelomogi :secara legal
keberadaan SBM tentunya didasarkan pada ketentuan hukum atau perundangan yang
ada. Sedangkan secara konseptual keberadaanya didasarkan pada anggapan bahwa
semua manusia dapat belajar apa saja, melalui apa saja, dari apa dan siapa
saja,kapan saja, dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi
masing-masing. Karena SBM pada dasarnya merupakan satu penerapan konsep TP,
maka berlaku pula prinsip TP,yaitu:
1. Memadukan berbagai
macam pedekatan dari bidang psikologi,komunikasi, manajemen,rekayasa, dll
2. Memecahkan masalah
secara menyeluruh dan bersistem. Menyeluruh berarti tidak bersifat tambal sulam
dan memperhatikan semua aspek. Bersistem berarti dilakukannya prosedur yang
teratur dan berurutan, dengan senantiasa melakukan perbaikan
3. Mengkaji semua kondisi
dan saling terkait diantararanya, dan menggunakan teknologi sbagai proses dan
produk untuk memecahkan masalah
4. Mengusahakan adanya
efek sinergi, dimana penggabungan unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari
sekedar penjumlahan.
Pertimbangan aksiologi :
* manfaat SBM bagi pelajar/PD adalah agar dapat
dimungkinkan mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kondisi mereka.
*manfaat SBM bagi penyelenggara maupun masyarakat:
1. Dapat dipercepatnya
usaha peningkatan mutu karyawan,
2. Tidak diperlukannya
biaya yang besar untuk penyelenggaraannya
3. Tidak terganggunya
kegiatan organisasi
4. Harapan akan
meningkatnya mutu pelayanan
Kerangka teori
SBM juga dilandasai oleh sejumlah teori dan konsepsi tertentu.
Salah satunya adalah Teori instruksional yang bersifat
preskriptif, artinya teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah.
Mengandung 3 variabel.
1. Kondisi instruksional :
1. Karakteristik siswa meliputi : pola kehidupan
sehari-hari, keadaan sosial ekonomi, kemampuan membaca, dsb.
2. Karakteristik pelajaran meliputi : tujuan apa yang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut, dan apa hambatan untuk pencapaian itu.
2. Perlakuan instruksional
1. Pengorganisasian bahan pelajaran, meliputi: bagaimana
merancang bahan untuk keperluan belajar mandiri.
2. Strategi penyampaian meliputi : pertimbangan penggunaan
media apa untuk menyajikan apa, bagaimana cara menyampaikannya, siapa dan atau
apa yang akan menyajikan,dsb.
3. Pengelolaan kegiatan : keputusan untuk mengembangkan dan
mengelola serta kapan dan bagaimana digunakannya bahan pelajaran dan strategi
penyajiannya.
Dan hasil instruksional
Model Instruksional J.B Carrol (Wager, 1977 ).
Gambar 1
Variabel waktu yang digunakan dapat dirinci lebih lanjut
menjadi waktu yang diberikan dan kegigihan. Variabel waktu yang digunakan
terdiri atas kemampuan, kualitas instruksional, dan kemauan.
Gambar 2
Meningkatnya nilai pembilang (waktu yang diberikan dan kegigihan)
akan meningkatkan waktu yang diperlukan, dan mengakibatkan meningkatnya
keberhasilan belajar. Meningkatnya nilai pada sebutan (kemampuan, kualitas
instruksional dan kemauan) akan menurunkan waktu yang digunakan dan karena itu
akan meningkatkan keberhasilan belajar.
Kebutuhan
Yang pertama perlu diidentifikasikan adalah kebutuhan
belajar dan berkarya bagi para calon peserta, yang mungkin berupa kebutuhan
yang dirasakan(seperti halnya merasa kurang mampu), atau kebutuhan yang
dinyatakannya, yaitu bilamana seseorang bersedia mengeluarkan dana dan tenaga
untuk memperoleh sesuatu (mungkin yang bermanfaat untuk pekerjaan, ataupun
hanya mengejar status maupun gengsi). Kebutuhan ini dapat diketahui dengan
mengadakan pengkajian lapangan(training/learning needs assessment) seperti
kuesioner,observasi,dan wawancara
serta dengan pengkajian konseptual dengan melakukan studi perbandingan(kajian empirik) atau pembahasan oleh para ahli.
serta dengan pengkajian konseptual dengan melakukan studi perbandingan(kajian empirik) atau pembahasan oleh para ahli.
Peserta
Peserta SBM tidak dapat dikontrol kegiatan belajar
kesehariannya. Pengawasan, yang pada sistem konvensional dilakukan oleh penatar
dalam SBM harus dilakukan oleh peserta sendiri. Maka sebelum suatu program SBM
dimulai perlu dilakukan pengkajian konteks, dan karakteristik para peserta.
Pengkajian konteks meliputi : *kondisi fisik, *intelektual,
*kondisi sosial-ekonomi, serta pola kegiatan sehari-hari calon peserta yang
bersangkutan.
Pengkajian karakteristik meliputi :
*minat,*kebiasaan,*aspirasi, *latar belakang pendidikan, *kemampuan membaca,
dsb
Pengkajian itu dapat dilakukan dengan pendekatan
pragmatis(data lunak/soft data) berupa persepsi, nilai, dan keinginan yang
diamati oleh sekelompok perencana tentang apa yang diperlukan, dan
mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan. Dan yang terbaik adalah menggunakan
data mantap/hard data melalui penelitian khusus/ dengan menganalisis hasil
penelitian serasi yang sudah ada.
Program
SBM ditentukan pula oleh tujuan program, pola instruksional,
format bahan belajar, urutan pelajaran,sumber bahan pelajaran, deskripsi isi,
dan kriteria penggarapannya. Rencana yang tlah disusun ini kemudian
dikembangkan dengan menentukan materi ke dalam sejumlah topik, dan kemudian
dijabarkan lagi dalam bentuk naskah untuk diproduksi. Perencanaan program
mempunyai arti yang sangat penting, karena dari rencana inilah digerakkan
seluruh kegiatan lain, misalnya program apa yang harus diproduksi, kapan harus
siap, berapa besar dana yang perlu disediakan, sarana apa yang perlu ada, siapa
yang perlu mengerjakan, dsb.
Namun harus juga memperhitungkan faktor lain yaitu
perkembangan TIK, karena mlalui teknologi ini orang dapat menerima
gagasan,informasi, sikap atau nilai tanpa sengaja dan terencana.
Strategi
Strategi adalah pendekatan menyeluruh dalam
pembelajaran, dan yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan teori tertentu. Strategi ditetapkan
untuk mencapai tujuan umum.
Penentuan strategi pada umumnya meliputi :
Ò Tujuan belajar, jenis dan jenjangnya
Ò Cara penyajian bahan pelajaran
Ò Media yang digunakan
Ò Biaya yang di perlukan
Ò Waktu yang di berikan dan jadwalnya
Ò Prosedur kegiatan belajar
Ò Instrumen dan prosedur penelitian
Penentuan strategi ini memberikan masukan kepada pengembang
materi, distribusi dan kegiatan belajar.
Dari model Carroll, maka variabel yang dapat dikontrol
adalah waktu yang diberikan dan kualitas instruksioan.
Materi pelajaran
Secara teoritik dalam SBM para peserta dapat memilih dan
menentukan materi pelajaran yang di perlukannya, namun dalam praktiknya paling
tidak akan ditentukan tentang yang memenuhi syarat untuk di pilih. Bahkan dalam
kenyataannya, materi telah disiapkan oleh penyelenggara, dengan alasan untuk
mengendalikan mutu dan meningkatkan efisiensi.
Dalam pengembangan materi ini harus benar benar diperhatikan
kondisi dan karakteristik peserta.masyarakat kita pada umumnya masih dikenal
sebagai masyarakat yang masih berbudaya mendengar lebih efektif lagi bila
ditambahkan dengan membaca, namun belum berbudaya hanya membaca saja, apalagi
membaca secara mandiri.
*penggunaan ilustrasi,*kalimat-kalimat pendek,
*kosakata yang terbatas,*serta tata letak/layout menarik pada naham cetak akan
sangat menolong keadaan ini.
Produksi dan Pengadaan Bahan ajar
Yang dimaksud dengan
Produksi : pembuatan paket bahan pelajaran sendiri, berdasarkan naskah
yang telah dirancang sesuai dengan kriteria pengolahan.kegiatan produksi ini
harus dilakukan oleh orang suatu tim yang kompeten. Hal ini berkaitan dengan
komponen tenaga.
Pengadaan bahan belajar: pembelian bahan belajar yang sudah jadi, misalnya
modul yang sudah dibuat oleh Puslitbangjari UNS atau Universitas Terbuka
Distribusi/ penyebaran
Distribusi bahan pelajaran kepada para peserta perlu
memperhatikan strategi, kesiapan produk, sarana, dan prasarana.
Dalam suatu SBM yang waktunya tertentu dan terbatas, masalah
distribusi ini dapat menjadi faktor penentu, karena keterlambatan distribusi
menyebabkan keterlambatan bahan belajar.
Kegiatan belajar
Puncak kegiatan SBM adalah terjadinya kegiatan belajar oleh peserta.
Peserta diharapkan dapat belajar di tempat yang ditentukan sendiri, pada waktu
yang dipilihnya sendiri dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan tatap
muka dari orang lain. Namun hal ini tergantung kondisi dan karakteristik
peserta, serta kualitas bahan pelajaran.
Kepada para siswapun disarankan agar mereka membentuk
kelompok belajar pada lokasi yang berdekatan. Kelompok ini tidak harus
setingkat, atau dengan mata pelajaran yang sama.
Pada sistem SBM yang ideal, kegiatan belajar ini tidak dibatasi
waktu, jadi lebih ditekankan pada pendekatan penguasaan(mastery concept).
Penguasaan atas tujuan belajar dapat dibuktikan(dievaluasi) dengan berbagai
macam cara, yaitu dengan self-test(tes sendiri), tes baku yang dapat diambil
kapan saja, tes kolokium, dan pembuatan portofolio.
Organisasi penyelenggara
Penyelenggaraan SBM merupakan suatu usaha pembaruan yang
penuh dengan tantangan. Karena itu idealnya dituntut organisasi penyelenggaraan
khusus tersendiri yang lincah, berpandangan jauh kedepan, serta mampu menjalin
kerjasama yang luas dengan berbagai pihak yang berkaitan.
Penyelenggara pendidikan (termasuk SBM) dapat dibedakan
dalam 3 dimensi,yaitu:
1. persyaratan, dengan rentangan ketat dan longgar
2. kewenangan, dengan rentangan memusat dan menyebar
3. sumber belajar, dengan rentangan yang terbatas dan
leluasa.
Organisasi penyelenggaraan perlu dibentuk sejak awal
timbulnya gagasan. Dalam organisasi ini perlu dihimpun tenaga, sarana, dan
prasarana yang diperlukan.
Tenaga
SDM dapat dikatakan merupakan kunci keberhasilan
penyelenggaraan SBM. Tenaga yang diperlukan dalam menyelenggarakan SBM meliputi
berbagai bidang.
Manajerial : mereka yang mengelola kegiatan organisasi, dan
personel dipusat maupun daerah
Akademik : mereka yang mempunyai potensi dan keahlian dalam
isi/bidang studi yang diajarkan
Fungsional : mereka yang mempunyai kempetensi/keahlian dalam
perencanaan dan pengembangan kurikulum,teknologi instruksional, pengujian, PLS,
BK serta tenaga Peneliti yang merupakan yang mempunyai posisi penting,karena ia
harus dapat memberikan masukan kepada semua komponen sistem, dan sebaikanya
tenaga peneliti ini merupakan suatu tugas tersendiri, dan tidak dibebankan bagi
tenaga yang ada.
Teknis : yang melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,
termasuk didalamnya tenaga administrasi.
Sarana dan Prasarana
Ò Sarana: segala bentuk peralatan dan fasilits
fisik.dapat berupa peralatan yang diperlukam untuk produksi, distribusi,
kegiatan belajar maupun untuk pemberian bantuan dan penilaian
Ò Prasarana/ infrastruktur: segala sesuatu yang
memungkinkan terselenggaranya fungsi sarana, seperti dana, sumber daya
listrik,transportasi, termaksud pula tatanan atau aturan yang terkait
didalamnya. Tatanan atau peraturan perlu mendapatkan perhatian dari awal,
karena meliputi ketentuan prasyarat dan seleksi peserta, ketentuan prasyarat
dan status akademik,ketentuan yang berhubungan dengan karir PD dsb. Dana
seringkali merupakan faktor yang paling menentukan. Penyelenggaraan SBM sering
kali lebih ditekankan pada tidak tersedianya dana untuk melaksanankan diklat
tatap muka. *bahan belajar berupa modul tertulis saja (apalagi kalau dibuat
dengan pertimbangan seekonomis mungkin) tidak akan mungkin menyamai efektivitas
belajar tatap muka.
Bantuan dan pengawasan
Untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar, dalam SBM juga
diperlukan sejumlah bantuan dan pengawasan yang antara lain meliputi :
Ò Informasi tentang program dan persyaratan
Ò Tata cara pendaftaran
Ò Pengadministrasian kegiatan akademik
Ò Pemberian umpan balik atas pertanyaan atau
saran dan tanggapan
Untuk menangani pemberian bantuan inidiperlukan unit kerja
tersendiri, sebab kalau tidak,para PD akan merasa ditinggalkan atau dibiarkan
dengan persoalannya sendiri. Melalui kegiatan pemberian bantuan ini dapat
dijaga adanya hunungan insani antara pelajar(yang tidak dikenal karena dari
jarak jauh) dengan PD.
Penelitian dan penilaian
Penelitian yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SBM dapat dibedakan
dalam beberapa peringkat.
Ò Pada peringkat kebijakan penelitian diperlukan
untuk pengembangan masa depan. Seperti misalnya penjajagan kelayakan, kebutuhan
normatif dan masa depan, pengelolaan kegiatan, dsb.
Ò Pada peringkat strategis penelitian diperlukan
untuk mengetahui kecendrungan karekteristik calon peserta, kompetensi dan
pendidikan yang ada dan yang diperlukan, efektifitas program, analisis biaya
dan lain lain.
Ò Pada peringkat operasional penelitian diperlukan
untuk mengetahui masalah produksi, distribusi, kesulitan belajar, hasil belajar
dan sebagainya. Penelitian tentang efektivitas dan efisiensi masih sangat
terbatas sekali di lakukan di indonesia. Kebanyakan digunakan dari hasil
penelitian luar negeri.memang ada baiknya penelitian luar negeri, meskipun dari
latar belakang budaya yang berbedadijadikan referensi guna menghasilkan program
yangbermakna dan bermutu. Namun sebaiknya dilakukan penelitian sendiri.
c. Pengimplikasian Sistem Belajar Mandiri dalam
manajemen
3 kategori dalam manajemen SBM:
Ò Manajemen Kegiatan
Merupakan usaha yang bertujuan untuk menentukan dan menyelenggarakan pembaruan
demi tercapainya falsafah dan kebijakan kelembagaan, kegiatan dapat
dikategorikan dalam 3 peringkat, yaitu
1. peringkat kebijakan,meliputi: penjabaran kebijakan,
penilaian kebutuhan,penentuan kriteria peserta, penilaian proses kegiatan,
pembentukan organisasi, rekturmen dan seleksi tenaga, serta sertifikasi dan
pengakuan
2. peringkat strategik, meliputi : perancangan program,
penentuan strategi, pengembangan bahan belajar(termaksud didalamnya evaluasi
formatif untuk menyempurnakan bahan belajar tersebut), pproduksi bahan belajar,
serta penyimpanan dan distribusi bahan belajar.
3. peringkat operasional, meliputi: publikasi, pendaftaran
calon PD, penerimaan peserta, pemberian orientasi kepada para PD,
penyediaan(logistik) bahan belajar, pengelolaan kegiatan belajar setempat,
penilaian kemajuan belajar, dan pemberi bantuan belajar.
Ò Manajemen personel
apa, bagaimana, siapa yang Berwenang dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
Ò Manajemen organisasi
memfungsikannya kegiatan dengan jalan membentuk unit kerja, menentukan, status
organisasi, menyusun struktur organisasi, dsb.
Fungsi manajemen secara umum adalah :
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Penyusunan
pekerja
- Pengarahan
- Pengoordinasian
- Pengendalian
Permasalahan manajemen SBM tidak mungkin diatasi dengan ad
hoc(sambil lalu). Agar SBM dapat terselenggara dengan baik, maka sebaiknya dikelola
tersendiri dengan memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori dan
fungsi manajemen.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Fenomena Sistem Belajar Mandiri atau Proses belajar mandiri, memberi kesempatan
para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru.
Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang
khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Model
belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat,
serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran atau
uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian
inilah,belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa, diantaranya
menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak jauh,(e-learning,dsb)
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru
atau instruktur diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar.
Sebagai fasilisator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik
mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi
tertentu pada program tutorial. Tugas perancangan proses belajar mengharuskan
guru untuk mengubah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
Tiap Komponen dalam sistem belajar mandiri saling terkait
satu sama lain, agar SBM dapat terselenggara dengan baik, maka sepatutnya
dikelola tersendiri dengan memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori
dan fungsi manajemen.
Dosen: Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.
No comments:
Post a Comment