Tuesday, November 27, 2012
Konsepsi Kurikulum
A. Pengertian Kurikulum
Studi kurikulum merupakan bidang yang relative baru berkembang dibandingkan bidang-bidang pendidik-an yang lainnya. Sebagai bidang yang masih baru maka konsepsi mengenai kurikulum masih beragam. Keragaman ini disebabkan pendekatan, sudut pandang dan landasan berfikir yang dipakai sebagai pijakan.
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti berpacu. Jadi istilah kurikulum pada awal berhubungan dengan kegiatan olahraga pada jaman romawi kuno di yunani dengan mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Secara terminology istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian semua sebagai sejumlah pengetahuan yang harus ditempuh atau diselasaikan siswa guna mendapatkan suatu tingkatan atau ijasah.
Para ahli kurikulum dalam memberikan pengertian bergerak dari suatu pengertian yang spesifik menuju kearah pengertian uyang lebih umum dan luas. Dalam pengertian spesifik kurikulum diartikan sebagai daftar mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Kelompok yang mendefinisikan kurikulum dalam arti luas.
Dalam pengertian spesifik kurikulum diartikan sebagai kumpulan data mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Kelompok yang mendefinisikan kurikulum dalam arti luas mengartikan kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang dialami siswa baik didalam maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengertian kurikulum yang lebih banyak dibicara-kan adalah kurikulum dalam
arti luas yaitu semua pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapai tujuan.
Taba (1962) menyatakan definisi yang terlalu luas tidak fungsional, sebaliknya meninggalkan segala sesuatu definisi kurikulum kecuali pernyataan yujuan dan garis-garis besar isi akan menurunkan kedudukan pengalaman belajar akan menjadi metode. Ia menyarankan aspek-aspek yang lebih dekat dengan praktek pendidikan
atau lebih spesifik sifatnya dapat dimasukkan dalam kawasan pembelajaran. Doll (1964) berpendapat bahwa kurikulum yang paling banyak diterima telah berubah dari isi pelajaran yang dipelajari dan daftar pelajaran yang diberikan menuju kepada semua pengalaman belajar yang disajikan dalam pembeljaran dibawah tanggung jawab sekolah. Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih mencermionkan pewristiwa peristiwa pendidikan secara lebih cermat. Alasan sekolah didirikan oleh masyarakat untuk pendidikan yang memungkinkan pembelajaran berkembang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dan perkembangan ini dapat dicapai
melalui pengalaman belajar yang diperoleh pebelajar.
Tyler (1970) mengatakan bahwa kurikulum identikl dengan pengajaran. Pengembangan kurikulum sama dengan merencanakan pengajaran. Oleh karena itu apabila ingin mengembangkan kuriklulum harus menbjawab empat pertanyaaan pokok yaiTu :1) apakah tujuan yang hendak dicapai? 2) pengalaman belajar apakah yang perludipersiapkan untuk mencapai tujuan? 3) bagaimana pengalaman belajar tu diorganisasi secara efektif? 4) bagaimana menentukan keberhasilan mecapai tujuan? Menurutnya kurikulum dapat dikembangkan untuk tingkat sekolah, bidang studi maupun bahan pengajaran.
Oliver (1977:32) mengartikan kurikulum sebagai program pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang dirancang lembaga pendidikan untuk diikuti siswa yang meliputi program studi, program pengalama, program pelayanan dan kurikulum tersembunyai. Program studi, merupakan daftar pelajaran yang disajikan
dalam suatru program pendidikan. Program pengalaman, merupakan kegiatan-kegiatan yang mendukung pelajaran yang sering disebut kurikuler. Program pelayanan, yaitu kegiatan bimbingan yang diberikan sehingga memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan kurikulum tersembunyi adalah semua
pengalaman belajar diluar program-program sekolah yang secara langsung mempengaruhi pengalaman belajar siswa.
Doll (1982:5) menyatakan, kurikulum adalah rancangan pengalaman belajar mengacu pada hasil belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan kompe-tensi personal dan social siswa, melalui rumusan pengetahuan dan pengalaman yang sistematik dibawah tanggung jawab dan bantuan sekolah.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasio-nal/1989 pasal 37 disebutkan, kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan disesuiakan dengan lingkungan, kebutuhan pembangun-an nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan.
Beane (1986) mengidentifikasi berbagai pengertian kurikulum yang
berkembvang sejak tahun 1918 sampai 1986, antara lain :
1. Bobbit (1918) dalam bukunya “The Curriculum” mengartikan kurikulum sebagai ”serangkaian ke-giatan yang dilakukan atau dialami pebelajar dengan tujuan mengembangkan kemampuan melakukan sesuatu yang termasuk dalam kehidupan orang dewasa dengan sebaik-baiknya dan agar memilki sifat yang
seharusnya dimiliki oleh orang dewasa dalam segala aspeknya”.
2. Caswel dan campebell (1935) dalam bukunya “Curriculum Development” kurikulum adalah ”semua pengalaman yang dialami pebelajar dibawah bimbingan guru”.
3. Krug (1957) dalam “Curriculum Planning” Kurikulum adalah serangkaian strategi pengajaran yang diper-gunakan disekolah untuk menyediakan kesempatan terwujudnya pengalaman belajar bagi anak didik untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan”.
4. Taba (1962) dalam “Curriculum Celevopment: theori into practice” Kurikulum
adalah rencana untuk belajar.
5. Saylor dan Alexander (1966) dalam “Curriculum Planning for Modern School” Kurikulum adalah semua kesempatan belajar yang disediakan oleh sekolah.
6. Johson (1967) dalam “Definitions and Models in Curriculum planning” Kurikulum adalah serangkian hasil belajar yang terencana dan terstruktur. Kurikulum menentukan atau setidak-tidaknya mengharapkan hasil pelajaran. Kurikulum tidak menentukan cara yang harus dipakai untuk mencapai hasil.
7. Harnack (1968) dalam karyanya The Tacher: Decision Maker and Curriculum Planner” kurikulum adalah semua pengalam belajar mengajar yang dibimbing dan diarahkan oleh sekolah.
8. Oliver(1977) dalam “Curriculum Improvement”(2nd edition)” Kurikulum adalah program pendidikan sekolah dengan focus pada unsure pendidikan studi, unsure pengalaman, unsure pelayanan, dan unsure kurikulum tersembunyai.
9. Doll(1978) dalam “Curriculum Improvement : Decision Making & Process” kurikulum adalah isi dan proses formal dan informal dimana pebelajar
memperoleh pengetahuan dan pemahaman, megembazngkan ketrampilan, mengubah sikap, apresiasi dan nilai-nilai dibawah tanggung jawab sekolah.
10. Finc dan Crunkilton (1979) dalam bukunya Curriculum Development in Vocational and Technical education” kurikulum adalah sejumlah kegiatan dan pengalaman belajar yang dialami pebelajar dibawah pengarahan dan tanggung jawab sekolah.
11. Hass(1980) dalam “Curriculum Planing: Anew Approach”(3 edition). Kurikulum adalah semua pengalam yang dialami pebelajar dalam suatu program pendidikan yang bermaksud untuk mencapai tujuan-tujuanumum dan tuyjuan-tujuan khusus yang relevan, yang direncanakan berdasarkan kerangka teoritik dan penelitian tau praktik- praktik yang professional masa lalu dan masa sekarang.
12. Olivia (1982) dalam bukunya “Developing Curriculum” kurikulum adalah rencana atau program yang menyangkutn semua pengalaman yang dihayati anak didik di bawah pengarahan sekolah.
13. Beane (1986) dalam “Curriculum Planning and Development” kurikulum dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1) kurikulum sebagai produk, 2) kurikulum sebagai program, 3) kurikulum sebagai belajar yang direncanakan, dan 4) kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Berdasarkan kronologi pebgertian kurikulum yang dikemukakan beane tersebut di atas akan memperlihatkan beragamnya pendapat para penulis kurikulum dalam mendefinisikan kurukulum. Namun keragaman itu justru akan bermanfaat bagi suatu analisis bahwa pengerian kurukulum mengandung banyak dimensi yang
berimplikasi pada pengambilan sikap para perencana, pengembang dan pelaksana kurikulum.
Pada umumnya para ahli kurikulum mendefinisi-kan kurikulum sebagai suatui rencana untuk memberi-kan fasilitas dan pengalaman belajar edibawah bimbingan dan petunjuk sekolah (Winecoff, 1989). Pengalaman belajar yang diorganisasi untuk mencapai tujuan pendidikan (Boyle, 1981).
Dengan demikian pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua walupun perbedaanya bukanlah suatu yang dikotomio hitam dan putih, yaitu kurikulum dalam arti sempit dan kurikulum dalam arti yang luas.
Kurikulum dalam ari sempit adalah kumpulan daftar pelajaran beserta rinciannya yang perlu dipelajari pebelajar untuk mencapai suatu tin gkat tertentu sesuai denfgan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kurtikulum dalam arti yang luas tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar pelajaran saja akan tetapi semua pengalaman belajar yang dialami pebelajar. Pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh pebelajar di dalam kelas, laboratorium, mengikuti ceramah, bertanya jawab, demontrasi dan dalam kegiatan olahraga.
Oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat di samping ledakan informasi yang menjadikan globalisasi dunia, maka pengalam belajar pebelajar untuk dapat eksisi dimasyarakat tidak hanya dapat diperoleh di sekolah. Dengan demikian pengertian kurikulum dalam arti pengalaman belajar akan leb ih memadai untuk diacu sebagai pengertian kurukulum.
B. Landasan Konseptual Kurikulum
Para ahli kurikulum dalam memberikan pengertian kurikulum bergerak dari satu pengertian yang spesifik menuju ke arah pengertian yang lebih umum dan luas. Dalam pengertian spesifik kurikulum diartikan sebagai kumpulan daftar mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Kelompok yang mendefinisikan kurikulum dalam arti luas menyatakan semua pengalaman belajar yang dialami siswa baik di dalam maupun di luar kelas, baik yang terstruktur maupun mandiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Oliver (1977) mengartikan kurikulum sebagai program pendidikan untuk mendapat sejumlah peng-alaman belajar yang dirancang lembaga pendidikan untuk diikuti siswa yang meliputi program studi, program pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum tersembunyi. Program studi merupakan daftar matapelajaran yang
disajikan dalam suatu program pendidikan. Program pengalaman merupakan kegiatan-kegiatan yang mendukung mata pelajaran yang sering disebut ko-kurikuler.
Program pelayanan yaitu kegiatan bimbingan yang diberikan sehingga memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan kurikulum tersembunyi adalah semua pengalaman belajar di luar program-program sekolah yang secara langsung mempengaruhi pengalaman belajar siswa.
Doll (1982) mengartikan kurikulum adalah ran-cangan pengalaman belajar yang mengacu kepada hasil belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan kompe-tensi personal dan sosial siswa, melalui rumusan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sistematis di bawah tanggung jawab dan bantuan lembaga pendidik-an.
Dengan demikian pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua, walaupun perbedaannya bukanlah suatu dikotomi hitam dan putih, yaitu kurikulum dalam arti sempit dan kurikulum dalam arti luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan daftar mata pelajaran beserta rinciannya yang perlu dipelajari siswa untuk
mencapai suatu tingkat tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan kurikulum dalam arti luas tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran yang diperoleh di kelas saja, akan tetapi semua pengalaman belajar yang dialami oleh siswa, baik pengalaman belajar sendiri, belajar bersama teman, mengikuti pramuka, belajar di perpustakan atau belajar di mana saja, kapan saja,
dengan siapa saja.
Dengan demikian, kurikulum dapat diartikan seba-gai sejumlah pengalaman belajar yang dilakukan siswa di bawah bimbingan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Pengalaman belajar dapat dilakukan melalui tatap muka di kelas, belajar kelompok, dan belajar mandiri, baik yang dilakukan di dalam kampus
maupun di luar kampus. Isi pengalaman belajar menurut Bloom dapat dikategorikan menjadi tiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut Gagne (1985) pengalaman belajar dapat dikategorikan menjadi lima ranah, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan
psikomotorik. Untuk mengembangkan kuriku-lum, diperlukan model sebagai cetak biru pengembangan kurikulum. Model merupakan gambaran suatu proses dalam bentuk grafis dan atau naratif dengan menunjukkan unsur utama serta strukturnya (Miarso, 1988). Model pengembangan kurikulum merupakan gambaran tentang komponen-komponen dan hubungan antar komponen dalam merancang kurikulum. Jewet dan Bain (1985) mengatakan model kurikulum merupakan suatu rancangan untuk mengembang-kan kurikulum bagi lingkungan pendidikan khusus.
Untuk mengembangan kurikulum yang terdiri dari komponen tujuan, pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi diperoleh dari landasan-landasan filosofis dan kebutuhan-kebutuhan. Landasan filosofis di peroleh dari visi, misi, dan tujuan lembaga dari mulai tingkat departemen, propinsi, kabupaten, dan kota. Disamping itu landasan filosofis diperoleh dari harapan dan kebutuhan perkembangan sosial masyarakat dan sifat dasar ilmu. Setelah mengakomodasi landasan-landasan filosofis kemudian dipertimbangkan pula kebutuhan individu karya siswa, masyarakat yang lebih spesifik, epistemology ilmu dan teori-teori belajar.
Komponen kurikulum yang paling penting adalah tujuan, karena komponen ini menjadi dasar bagi penentuan sumber belajar, pembelajaran, dan evaluasi. Dalam evaluasi kurikulum ada tiga sub komponen yang dapat dijadikan sebagai indicator keberhasilan suatu kurikulum, yaitu: efektivitas, efisiensi, dan kemenarikan. Model
kurikulum yang terdiri dari landasan filosofis dan komponen-komponennya disajikan
pada
Diagram 1. Asumsi-asumsi Filosofis dan Komponen Kurikulum
Menurut McNeil (1990) untuk mengembangkan kurikulum, dapat berorientasi kepada 4 macam, yaitu: (1) kurikulum humanistic, (2) kurikulum rekonstruksi sosial, (3) kurikulum teknologi, dan (4) kurikulum subjek akademik.
Kurikulum humanistic melihat kurikulum sebagai proses untuk membantu menemukan dan memenuhi kebutuhan individual untuk mencapai integritas perkembangan kepribadian dalam menuju aktualisasi diri. Kurikulum rekonstruksi sosial menganggap kurikulum sebagai alat untuk membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan perubahan sosial. Tanggung jawab utama kurikulum adalah untuk memperbaiki keadaan sosial untuk menuju masyarakat yang lebih baik. Kurikulum teknologi memandang
kurikulum sebagai proses teknologi untuk menghasilkan tuntutan kebutuhan tenaga-tenaga yang mampu membuat keputusan, lebih menekankan kepada segi perilaku (behavioural) dan empiris, hasil dan proses belajar dijabarkan dalam bentuk yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan kurikulum subyek akademik memandang
kurikulum sebagai proses untuk memperdalam ilmu pengetahuan, sehinga kurikulum direncanakan berdasarkan disiplin-disiplin akademik sebagai titik tolak untuk mencapai ilmu pengetahuan.
Wasis D. Dwiyogo ; Buku Pengembangan Kurikulum
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment